Saya menulis post ini dari kampung saya di Ba Kelalan. Sengaja mengambil waktu untuk "berhenti" seketika dengan semua hal hal kesibukan di sekeliling, saya mengambil keputusan untuk pulang ke kampung dan melawat bapa saya.
Banyak waktu untuk berdiam, menanti dan mendengar. Setiap hari saya kembali kepada ruang peribadi saya dengan Tuhan dan menanti.
Saya teringat, beberapa minggu yang lepas sewaktu satu sesi pemuridan di gereja kami berakhir, pastor kami memanggil semua peserta untuk maju ke depan untuk di doakan. Saya melihat seorang anak gadis menangis dengan teresak esak sepertinya hatinya sangat hancur. Saya memeluk dan berdoa agar Tuhan terus berbicara kepadanya. Selepas habis sesi itu, kami dua berpeluang untuk duduk bersama dan saya seperti lazimnya akan bertanya apa yang dia alami.
Dengan nada tersekat sekat dan menangis dia katakan, bagaimana dalam waktu waktu kebelakangan itu dia agak sibuk dengan hal hal sekolah dia sehingga dia tidak ada masa untuk membaca Firman Tuhan dan sebagainya. Dia mula merasakan dia tidak dapat mendengar suara Tuhan dan isi hati Tuhan. Itu membuat dia menjadi panik dan sedih. Seolah olah Tuhan menjauh. Itu membuat dia sangat sedih dan takut.
Pada waktu itu, saya juga di tegur dan di ingatkan. Bagaimana, saat saya tidak dapat merasakan hadirat Tuhan secara peribadi dan mendengar suara-Nya, itu membuat saya sangat takut.
Saya diingatkan tentang Musa di dalam Keluaran 33:15 “Kata Musa kepada-Nya, "Jika hadirat-Mu tidak memimpin aku, janganlah kami dibawa pergi dari sini.”
Ya, yang paling saya takuti adalah berjalan tanpa hadirat Tuhan menyertai saya.
Bagaimana dengan anda?